Buruh di Bandung Barat resah dengan rencana kenaikan BBM oleh pemerintah pusat (foto: Abdul) |
Bandung Barat, SekitarKita.net,- Rencana pemerintah pusat yang bakal menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite dan gas elpiji 3 kilogram menuai penolakan keras dari masyarakat, khususnya Koalisi Buruh Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Ketua Koalisi Buruh Bandung Barat, Dede Rahmat menilai, kenaikan harga pertalite dan gas 3 kilogram bakal membuat masyarakat menengah ke bawah kian terpuruk.
Apalagi, jelas dia, jika kenaikan harga tersebut tidak dibarengi dengan kenaikan upah yang signifikan.
"Itu hanya akan menambah sengsara masyarakat. Oleh karena itu, kami menolak tegas rencana tersebut, ," katanya, Jumat 26 Agustus 2022.
Ia menuturkan, dengan naiknya harga BBM bersubsidi menambah pengeluaran para buruh. Mirisnya, di sisi lain upah buruh di KBB pada tahun 2022 tidak ada kenaikan.
"Pemerintah perlu mempertimbangkan nasib rakyat kecil, ketika jadi menaikkan harga BBM bersubsidi. Ketika naik, apa solusi pemerintah untuk menyelamatkan nasib mereka," ujarnya.
Salah seorang buruh, Apep (37) menyebut, kenaikan harga BBM bersubsidi tidak tepat dilakukan sekarang. Sebab, pandemi Covid-19 belum berakhir berdampak pada belum stabilnya kondisi perusahaan.
"Baru mau bangkit, eh sekarang mau dibebani lagi dengan naiknya harga BBM bersubsidi. Saya berharap pemerintah menunda dulu rencana ini, lihat kondisi masyarakat menengah ke bawah," ungkapnya.
Ia mengaku, total upah yang diterimanya hanya sekitar Rp 2,3 juta per bulan. Itupun digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari dan anak sekolah.
"Sekarang saja harga kebutuhan pokok terus naik, enggak kebayang jika pertalite dan elpiji 3 kilogram naik. Pasti akan naik, sementara gaji tak ikut naik," keluhnya.
Ia menambahkan, harga telor saja sudah mencapai Rp 32.000 per kilogram. Belum komoditi lain yang juga relatif tinggi.
"Bakal semakin tak terjangkau kalau BBM bersubsidi naik," tandasnya.*** (Abdul)