Bank Indonesia terus melakukan edukasi dan sosialisasi terkait maraknya uang palsu (foto: Abdul Kholilulloh). |
BANDUNG | SekitarKita.net,- Melihat tingginya temuan uang palsu di Jawa Barat, Bank Indonesia (BI) terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat. Salah satunya yaitu melalui kampanye tiga D, yaitu diraba, dilihat, dan diterawang.
BI Jawa Barat menekankan kepada masyarakat untuk mewaspadai peredaran upal dalam berbagai transaksinya. Kenali ciri-cirinya untuk lebih berhati-hati.
Penyelia Bank Indonesia Jawa Barat Tri Septiadi mengatakan, tahun lalu, BI Jabar mencatat, ada 30.000 lembar upal yang ditemukan oleh perbankan.
"Untuk peredaran uang palsu, biasanya masuk melalui jalur penukaran dan jalur klarifikasi. Lewat jalur klarifikasi, kami menemukan ada 30.000 uang palsu," kata Tri pada acara penutupan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Jawa Barat di Grand Asrilia Hotel, Kota Bandung, Rabu (16/11/2022).
Ia menyebut, jalur klarifikasi artinya, upal yang terdeteksi diketahui setelah masuk perbankan dan transaksi masyarakat umum.
Penyelia Bank Indonesia Jawa Barat Tri Septiadi (foto: Abdul Kholilulloh). |
"Namun, secara jumlah jalur klarifikasi ini paling banyak berasal dari perbankan," terangnya.
Ia menegaskan, atas temuan upal tersebut pihaknya langsung melakukan koordinasi dengan aparat penegak hukum (APH) seperti kepolisian dan kejaksaan.
"Atas aduan masyarakat, pihak kepolisian berkordinasi dengan BI dan selanjutnya kami proses, mereka yang berwenang memberikan hukuman (punishment), sementara Bank Indonesia hanya berwenang memberikan status yang tersebut palsu atau tidak," sebutnya.
Sementara itu, menurut staf BI Jabar Andri Wijaya, masyarakat yang melakukan pemalsuan uang, diancam 10 tahun penjara dan denda Rp10 miliar.
"Sedangkan mengedarkan akan diancam 15 tahun dan Rp15 miliar," terangnya.
Maraknya peredaran uang palsu BI Jabar gencar melakukan sosialisasi program pemahaman dan edukasi.
"Kami mempunyai progam edukasi dan sosialisasi, dimana ini bekerjasama dengan berbagai unsur salah satunya teman-teman wartawan yang selalu memberikan pemahaman kepada masyarakat," tuturnya.
Melihat hal itu, ia menilai sasaran utama penyebaran uang palsu dilakukan di beberapa minimarket bahkan toko-toko kelontong.
"Masyarakat harus paham betul karena sasaran utamanya yaitu warung dan minimarket," pungkasnya.***
Editor: Abdul Kholilulloh.