-->

Notification

×

Iklan atas tengah

Iklan

Pasang Iklan Anda di Sini

Miris! Puluhan Anak di Bandung Barat tetap Semangat Mengaji walau Bangunan Nyaris Ambruk

Kamis, 10 November 2022 | November 10, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-11-11T03:22:41Z

 

Puluhan anak di Jalan Pamoyanan, RT 04/13 Desa Padaasih, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB) semangat mengaji meskipun kondisi bangunan nyaris ambruk (foto: Abdul Kholilulloh)


BANDUNG BARAT|SekitarKita.net,-

Dibalik dinding rapuh beratapkan bilik bambu terdapat puluhan anak-anak melantunkan ayat suci Al-Quran dan sholawat merdu di Jalan Pamoyanan, RT 04/13 Desa Padaasih, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB).


Suara lantang dan semangat puluhan anak-anak terdengar jelas dari jendela tanpa kaca, mereka mengaji di Madrasah Darul Amanah meskipun dengan kondisi sangat memprihatikan, tempat mereka menimba ilmu itu nyaris ambruk hanya tersisa bambu penyangga.


Tak hanya itu, dinding bolong juga terlihat jelas dari depan bangunan yang berukuran kurang lebih 8x6 meter persegi dengan luas tanah sekitar 15 tumbak, sebagian bangunan madrasah hanya bilik bambu yang sudah sedikit rapuh.


Lantunan ayat suci Al-Quran terdengar ketika seorang ustadz bernama Dede Hidayat (25) mengawali pengajian, hafalan demi hafalan tajwid pun menggema di madrasah. Pertanda pengajian sudah dimulai.

Kondisi nampak dari luar bangunan madrasah Darul Amanah (foto: Abdul Kholilulloh).

Madrasah itu digunakan untuk mengaji anak-anak yang mayoritas dari mereka duduk di bangku SD dan PAUD, kondisi itu tak dihiraukan lagi meskipun sesekali mereka kawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan namum semangat untuk mengaji begitu tinggi. 


Pandu Pratama (10) salah seorang anak murid menceritakan pengalaman berharga saat mengaji ditempat tersebut. Semula ia diajak teman mengajinya yang ternyata sudah duluan menimba ilmu disana.


"Seneng ajah disini rame, sudah dari 2021 udah ngaji di sini, awalnya diajak temen," kata Pandu kepada SekitarKita.net. Kamis (10/11/2022).


Dengan nada lirih Pandu menceritakan lebih jauh pengalaman mengaji di Darul Amanah, ia dan teman-temannya mulai datang menimba ilmu pukul 15.30 WIB sore.

Pandu Pratama (10), salah seorang anak murid 


"Saya berangkat mulai jam 3 sore biar enggak telat, setiap harinya," terang Pandu dengan gaya bahasa kanak-kanaknya.


Selain dari pada itu, mereka harus melewati jalan setapak di tengah kebun milik warga untuk menuju madrasah.


"Rumah saya diatas lewat jalan itu kecil, takut," tuturnya.


Rasa takut bercampur was-was dengan kondisi itu, terbayar sudah saat ia berkumpul bersama teman-teman, sebelum aktivitas mengaji mereka biasa disibukan dengan bermain dihalaman samping madrasah.


Haru biru dan prihatin melihat antusias anak-anak di kampung itu dalam mempelajari agama Islam.


Namun dibalik keceriaan mereka, ada sedikit resah melihat kondisi bangunannya yang sangat memprihatinkan.

"Seneng disini rame, tapi takut kalau hujan gede suka bocor," kata Pandu.


Sementara itu, sosok guru ngaji yang setia menemani puluhan anak-anak ternyata seorang pemuda lulusan Universitas Gunung Dijati (UIN) Bandung. Sukarela ia mengajar dan membagikan ilmunya secara gratis.


"Rasa haru dan prihatin bercampur melihat antusias anak-anak di kampung itu dalam mempelajari agama Islam. Cuman ada sedikit resah melihat kondisi bangunannya yang sangat memprihatinkan," kata Dede.


Dede menjelaskan, ternyata gubuk tua yang sudah lapuk rapuh itu dulunya rumah tunggal sesepuh dikawasan Cisarua, dimana rumah itu merupakan milik sang kakek dari Dede, bangunan tersebut kosong sejak dua tahun semenjak pemiliknya meninggal dunia.

Dede Hidayat, guru ngaji Madrasah Darul Amanah.

"Ini peninggalan almarhum kakek, atas kesepakatan keluarga dan dihibahkan untuk aktivitas mengajar ngaji anak-anak, memang bangunannya terbuat dari perpaduan tembok, kayu dan bilik bambu," terangnya.


Dede menceritakan lebih jauh, setelah lulus kuliah, ia berkeinginan membuat sebuah pesantren gratis. Dan memanfaatkan bangunan kosong milik sang kakek.


"Saya sangat ingin memiliki sebuah pesantren gratis kang, doakan saya semoga anak-anak disini tumbuh pintar menjadi seorang ahli Qur'an, dan cita-cita besar saya semoga tercapai," terangnya.


Berawal dari minat itu lah yang membuat Dede semangat mengajar ngaji, rintangan dan tantangan sedikit demi sedikit ia lewati. Dari mulai tempat kumuh di sulap menjadi tempat ibadah.


"Awalnya ini tempat kumuh terdapat botol minuman keras saya bersihkan, Alhamdulillah sedikit demi sedikit tempat itu bisa dibuat ngaji awalnya 2 orang anak sekrang Alhamdulillah sudah 45 anak murid," ungkap Dede.



"Alhamdulillah juga para orang tua murid pada dukung untuk mengaji disini dan masyarakat juga menerima semua ini, doakan semoga bisa terwujud membuat pesantren,"pungkasnya.


Pantauan SekitarKita.net dilokasi pada bagian dinding yang terbuat dari tembok dan bilik bambu terlihat sudah jebol di beberapa bagian. Alas duduk terdapat retakan-retakan disetiap sudut sungguh memilukan melihat kondisi itu. 


Pihaknya membuka donasi bagi yang ingin menyumbangkan hartanya bisa langsung hubungi pihak Madrasah Darul Amanah atau bisa melalui No rekening BRI Dede Hidayat 3287-01-027367-53-5 (guru ngaji). Kami tidak bertanggung jawab atas open donasi selain nama tersebut, uluran tangan anda sangat dibutuhkan. 

 

Reporter/editor : Abdul Kholilulloh